Minggu, 15 April 2012

kangen...

tentang abah dan mama

kata-kata yang kau utarakan memang ndak pernah indah apalagi romantis. pertanyaanmupun ga pernah mesra mengenai kabarku. diammu itu, sering buat aku takut, tapi sekalinya engkau bercanda kyaknya aku ngerasa kembali kesuasana lebaran yang sangat meriah. aku hampir ndak pernah merasakan belaian lembut n pelukanmu, namun sebenernya aku sangat menginginkan belaian dan pelukan lembut darimu. yah, karena sudah kebiasaan seperti ini, jadi malu saat mau berpelukan dan mencium... :D

aku kangen suara periukmu dipagi hari yang memecah kesunyian pagi sehingga mendahului suara azan. periukmu telah membuatku berdiri sejenak di tengah malam untuk melanjutkan mimpi-mimpiku dialam nyata. pisang goreng yang kau buat dipagi hari membuat perutku merasa nyaman untuk memulai aktifitas dipagi hari. curhatanmu mengenai permasalahan di keluarga, aku seneng mendengarnya dan memberikan sebuah solusi. trus aku kangen mengantarmu dipagi hari mengendarai SM*SH hitam dan aku bawa plastik kresek besar tempat barang daganganmu. perjuanganmu serta sifat yang pantang menyerah telah menginspirasi diriku ini, kyak semangatnya naruto yang menginspirasi hinata untuk jadi lebih kuat.

aku kangen dengan kau yang membuka pembicaraan saat makan bersama setelah maghrib sambil melihat metro tv dan mendiskusikan berita yang ada. aku kangen dengan wejangan dan nasehatmu yang membuatku berfikir lebih luas dan bijak. aku juga selalu inget pesanmu "dari sekarang harus sudah membuka mata, menilai dan memilih yang terbaik untuk masa depan" he2 ga tau maksudnya apa... #pura-pura ga tau... aku kangen saat kita nyuci motor bareng dan saling membandingkan kebersihannya. aku juga kangen kita beli bubur kacang hijau pake roti yang kita makan ditempatnya langsung. aku kangen...

aku tau, kasih sayangmu itu berada dibalik layar. ga terlalu keliatan tapi terlalu menyentuh hati. ku inget dua tahun yang lalu saat aku kecelakaan, kau begitu khawatir tentang kondisiku. aku tau bahwa dibelakang engkau menangis, itulah mengapa aku mengatakan kasih sayangmu berada di balik layar.

disini, kira2 aku berada di pulau yang berbeda melewati beberapa propinsi. kuharap kau disana baik-baik aja. I miss u... abah dan mama

Jumat, 06 April 2012

kesabaran dalam menanti kesuksesan

seekor burung keluar dipagi hari, tak tau kemanakah ia akan terbang untuk mencari makan, namun ia tak putus asa untuk terbang karena ia yakin bahwa ia akan mendapatkan makanan atas usahanya untuk terbang ke seluruh penjuru demi mendapatkan makanan untuk melanjutkan hidupnya...


karena kuyakin sesudah kesulitan ada kemudahan, sesudah kesulitan ada kemudahan...


menjalani hidup beberapa tahun ini membuatku sadar bahwa tidak mudah menggapai puncak tertinggi sebuah pegunungan. akan ada jalan terjal dan berliku yang akan kita lewati. sendal yang kita pakai akan putus apabila tidak punya kualitas yang baik. keringat akan mengucur deras dan disaat hampir sampai di puncak, nafas akan sesak karena rendahnya kadar oksigen di daerah yang tinggi. terkadang kita akan butuh tongkat untuk menegakkan langkah kita, bahkan kita akan membutuhkan uluran tangan seorang sahabat untuk melewati berbagai rintangan yang ada. 


kesendirianku dalam keramaian ini, membuatku mencoba berdiskusi dengan hati, berbicara kepadanya dan berfikir secara mendalam. karya apakah yang telah kubuat, lompatan besar apa yang telah kulakukan serta jasa apa yang telah ku berikan. akupun bingung... selama ini aku terlalu sibuk dengan hal-hal sepele yang seharusnya tidak membuatku berhenti ditengah jalan pendakian. sindiran, ejekan serta hinaan yang menggoda hatiku untuk terus melawan dan marah, hal tersebut membuat perjalananku dalam mencapai puncak tujuan terlambat dan terhambat. seharusnya aku tak usah mempedulikaannya. 

dua tahun sudah aku berada di sebuah organisasi yang mungkin akan membawaku dan mempercepat langkahku menuju pos-pos pendakian ke puncak prestasi. organisasi ini telah mengajarkanku tentang banyak hal. namun sayangnya hati yang tak peka, serta manjanya aku terhadap berbagai godaan serta kesenangan yang ada membuatku lupa, bahwa perjalananku menuju puncak masihlah terlalu panjang. aku lupa, aku lalai, aku manja, aku banyak mengeluh...
 mungkin banyak yang menganggapku baik, hebat dan pintar, namun kalau aku jujur pada diri sendiri, masih sangat banyak kekurangan yang harus dibenahi.

memperbaiki diri merupakan hal yang luar biasa. kalau aku dibandingkan dengan pak habibie mungkin perbedaanya adalah ada pada kata komitmen dan konsisten. itu yang belum melekat pada diriku. aku sangat ingin memiliki sikap itu, namun aku sendiri sering lupa tentang dua kata itu, komitmen dan konsisten. 

 dua tahun sudah... dan aku belum mendapat sebuah prestasipun. teman-temanku sudah lebih dahulu menggapai pos-pos impian selanjutnya. aku merasa tertinggal jauh. aku merasa harus melakukan percepatan dan berusaha semaksimal mungkin. banyak sekali yang harus dibenahi. dan tentang dua kata itu "komitmen dan konsisten" mohon ya Allah, berilah kesabaran kepada hamba dalam menghadapi segala godaan, rintangan, hambatan, ujian yang ada... sehingga aku menjadai orang yang selalu komitmen dan konsisten dalam kebaikan. 

mudah-mudahan, tahun ini kesabaran dalam menanti kesuksesan itu terjawab dengan komitmen dan konsisten yang aku terapkan dalam kehidupanku...
 

sebuah refleksi yang menghasilkan bayangan solusi


Bangunan itu berbentuk seperti limas segitiga terbalik yang pucuknya ditancapkan kedalam tanah. Kapasitas bangunan tersebut sanggup menampung lima ribu orang. Lantainya dingin dan didalamnya terdapat sekitar lima puluh pilar penyangga berwarna hijau yang mengokohkan bangunan itu. Pada jam-jam tertentu, akan banyak orang yang pergi mengunjungi bangunan tersebut untuk sejenak menghadap Sang pencipta alam semesta. Aku sering mengunjungi bangunan itu, bangunan yang banyak orang menyebutnya Masjid Al-huriyah. Apabila ditanya mengapa aku sering berkunjung ke masjid Al-huriyah, maka jawabanya karena masjid adalah tempat ibadah yang penuh dengan kedamaian, ketenangan dan sumber inspirasi. Saat itupun aku sedang berada didalamnya sambil membaca sebuah buku.
Melihat banyaknya pilar-pilar yang ada di masjid, aku jadi teringat enam orang sahabatku dulu saat aku masih belajar di SMA. Sahabat yang telah membuatku belajar tentang arti kata kerjasama, arti kata persahabatan dan cinta. Teringat hal tersebut, aku langsung membuka tas ranselku, mengeluarkan sebuah laptop didalamnya. Aku jadi rindu untuk berkomunikasi dengan tujuh sahabatku itu yang saat ini berada ditempat yang berbeda-beda. Kubuka laptop milikku dan langsung menulis sebuah catatan di sebuah jejaring sosial tentang kenangan kami saat di SMA.
Hari ini aku teringat, kenangan itu, 7 pilar yang membangun sebuah lingkaran perjuangan penuh cinta 4 tahun yang lalu, pilar-pilar itu kini berada ditempat yang berbeda untuk menyebarkan gelombang cinta ditempatnya masing-masing. Masjid rhoudatul ulum, masjid inilah yang mempersatukan kami semua anggota pitu voice (pitu = 7 dalam bahasa jawa). Banyak kenangan indah di masjid berwarna orange itu. debu sajadahnya telah masuk kedalam sistem pernapasan kami untuk menjadi saksi cinta suci. Tempat wudu yang sering kami bersihkan, sekarang airnya menjadi kenangan yang menyegarkan jiwa kami. Mimbar masjid tempat kami bergantian untuk menyebarluaskan cinta, mikrofon tempat kami menyuarakan panggilan cinta, hijab berwarna kuning yang sering kami pindahkan saat hari jumat, serta markas sempit tempat kami berkumpul untuk menyisir rambut dan menaruh barang-barang kami.

Aku ndak akan lupa lagu-lagu yang kami nyanyikan hingga larut malam, kamipun berdiri sejenak ditengah malam bersama-sama hingga saat berbagi autan untuk menangkal nyamuk. aku ndak akan lupa acara-acara yang telah kami rangkai hingga kami ndak tidur semalaman.  Nasi yang kami makan bersama-sama serta tawa dan canda yang kami lakukan tiap harinya sampai perjuangan melompati sebuah pagar dimalam hari untuk sebuah rencana. Semua itu, memberi kenangan tersendiri di sudut jiwa kami yang merindukan kebersamaan kembali di tempat yang sempurna yang kami sendiri tak dapat membayangkan.
Sekarang pilar perjuangan itu, berada ditempat yang berbeda. Maha Suci Allah yang mempertemukan jiwa-jiwa kami dalam lingkaran perjuangn penuh cinta. Celupan warna Illahi telah membuat kami menjadi pilar perjuangan yang memiliki keunikan tersendiri. Pilar-pilar itu memiliki gayanya tersendiri dalam berdiri. Ada yang berdiri dengan gaya ketegasan, gaya keceriaan, kesederhanaan, kepolosan, elegant, gaya kelucuan, serta keluguan yang membuat lingkaran ini indah. Kami memang jarang bertemu namun pilar-pilar itu membangun sebuah ikatan yang aku yakin pilar itu akan tetap kokoh meskipun diterjang oleh badai kedengkian, angin kesalahpahaman, banjir perbedaan hingga gelombang keegoisan. Aku rindu pertemuan kami saat kami sudah menggapai impian kami
Ah rasanya kenangan itu begitu indah, membuatku tak sabar ingin bertemu setiap pilar lingkaran penuh cinta. Kami ndak tau, akankah dalam waktu dekat ini kami dapat bertemu kembali, atau kami dipertemukan ditempat yang sempurna yang kami impikan Sekarang kami dengan gaya berdirinya hanya bisa menyebarkan cinta ditempat yang berbeda dan berusaha serta belajar menjadi pilar yang kokoh bagi nasib agama, bangsa dan negara. pitu voice, pilar2 perjuangan penuh cinta yang mengajarkan aku tentang cinta, menghargai, memahami, memimpin, membahagiakan dan berbagi. Disaat kami nanti bertemu, semuanya akan sama-sama menyuarakan, INI KARYAKU, SEKARANG APA DAN MANA KARYAMU UNTUK BANGSA INI?”# 6 Maret 2011 pukul 20:43
Menulis catatan tersebut, membuatku mengingat satu hal, bahwa ada janji tentang sebuah karya yang harus kubuat untuk bangsa ini,  janji diantara pitu voice.
Keesokan harinya, aku pergi ke sekertariat sebuah organisasi atau unit kegiatan mahasiswa yang aku ikut didalamnya. Organisasi tersebut bernama FORCES (Forum For Scientific Studies). Sampai di sekertariat FORCES, salah seorang temanku memanggilku. “ Teki, mau tidak jadi MC di acara BYEE?” aku lantas bertanya “Memangnya BYEE apaan?”. Setelah berbincang dan berdiskusi cukup lama, aku mengetahui bahwa BYEE (BAYER YOUNG ENVIRONMENTAL ENVOY)  adalah sebuah kompetisi yang menganjurkan pesertanya untuk memiliki sebuah karya yang kontributif pada kebaikan lingkungan dan percakapan tersebut berakhir dengan kata setuju dariku.
      Aku menyetujui tawaran tersebut, karena mungkin hal ini akan menjadi awalan bagiku untuk menghasilkan sebuah karya untuk bangsa ini. Dengan menjadi MC pada acara sosialisasi BYEE, mungkin aku bisa tau lebih banyak bagaimana caranya untuk menjadi duta lingkungan yang akan dikirim ke jerman.
Hari itupun tiba, acara sosialisasi BYEE diadakan di sebuah auditorium bernama toyyib hadiwijaya. Sebagai MC untuk pertama kalinya, aku ingin tampil beda. Maka kubuka acara itu dengan sebuah rayuan gombal terhadap salah satu peserta wanita. “mba, boleh tau namanya siapa? Tau ga mba, persamaan antara mba dengan lingkungan?” peserta itupun balik bertanya, “apa?”, lalu aku menjawabnya dengan gaya Andre stinky di OVJ, “persamaan antara mba dengan lingkungan adalah sama-sama perlu dijaga”. Semua orang bersorak riuh, tepuk tangan seluruh pesertapun memecah suasana yang sunyi sebelumnya.
Acara berjalan dengan lancar. Sehingga tibalah perwakilan dari PT BAYER yang bernama Ibu Rani mensosialisasikan programnya. Begitu kagetnya aku ketika Ibu Rani memanggilku keatas panggung dan bertanya “mas teki, tau tidak apa kepanjangan dari UNEP, RARE DAN WCS?” dengan nada kebingungan aku menjawab, “bu rani, saya belum tau...”. Didepan tiga ratus orang aku menjawab pertanyaan dengan kata belum tau. Dari kejadian itu, aku tidak merasa malu, entah karena urat rasa maluku sudah putus atau aku tau kuncinya bahwa kesalahan adalah sebuah proses belajar. Diatas panggung itu, aku tersenyum dan menyadari bahwa, kejadian tersebut telah menambah motivasi semangatku yang awalnya hanya fungsi sinus yang memiliki nilai satu di sumbu (y), menjadi fungsi tan yang memiliki nilai tak hingga di sumbu (y). Dan acara itupun aku akhiri dengan kalimat “mawar, maafin marwan ya”, karena penampilan akustik band saat itu, menyanyikan lagunya Afgan, bunga terakhir.
Setelah selesai acara sosialisasi BYEE, dalam hati aku berkata, “bu Rani, tunggu karyaku, aku ingin membuktikannya”. Kalimat itu, terus berada dalam pikiranku, menyemangati langka-langkah perjuanganku dalam membuat sebuah karya. Singkat cerita, aku telah menemukan beberapa ide untuk membuat karya tentang lingkungan.  Namun, aku menemukan kesulitan dalam implementasi karyaku. Tak putus asa, akupun menemui dosen untuk meminta saran bagaimana untuk menyelesaikan permasalahan implementasi ke masyarakat tentang ide-ideku. Tetapi, dosen yang kutemu berkata “Idemu, memang unik, jarang sekali yang berfikir tentang idemu. Tetapi, idemu ini tidak dibutuhkan masyarakat dengan realita yang ada saat ini, sehingga saya rasa sangat sulit untuk diimplementasikan”.
Berdiskusi dengan dosen yang kutemui, telah membuka mataku. Tidak hanya mata secara fisik namun mata hatiku. Selama ini aku salah dalam maksud dan tujuanku untuk berkarya. Rasa ingin membuktikan kepada bu Rani telah membuatku buta dari realita yang ada saat ini. Buta dari kepedulian untuk membantu sesama manusia dan buta untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Aku memang telah memenangkan banyak kompetisi tentang karya tulis, namun tidak satupun dari karya tulis milikku yang dapat diimplementasikan. Semuanya hanya berupa keunikan sebuah ide tanpa memperhatikan solusi dan pertolongan untuk masyarakat.
Salah satu dari kakak kelas yang banyak mengajari aku tentang karya tulis berkata “Sebuah karya adalah refleksi yang menghasilkan bayangan solusi dari cerminan masalah yang ada di masyarakat, sebuah karya harus menghasilkan kebermanfaatan yang konkrit bagi semua orang. Sebuah karya itu harus seperti air yang memberi harapan kehidupan ditengah gurun permasalahan hidup ini. Sebuah karya itu harus bisa menjernihkan keruhnya permasalahan negeri ini”. Ternyata selama ini, aku lupa dengan nasihat itu. Aku terlalu asyik membuat sebuah karya yang menurutku itu bagus dan unik, namun aku tidak melihat kebermanfaatannya bagi masyarakat.
Semua kejadian itu, membuatku sadar. Aku harus merubah arah orientasiku dalam membuat sebuah karya. Aku tidak lagi membutuhkan pembuktian untuk bu Rani.  Semua kejadian tersebut, membuatku berubah. Aku harus berubah seperti karbohidrat yang tidak hanya memberi rasa kenyang, tetapi juga memberikan sokongan energi bagi kehidupan,. Aku harus seperti karbohidrat, yang menjadi solusi bagi kebutuhan tubuh akan energi dan gizi serta rela dirubah menjadi sukrosa,  glukosa maupun fruktosa. Aku harus menjadi seperti matahari yang terus mengeluarkan energinya dalam memacu setiap tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis agar aliran energi senantiasa ada. Aku ingin berubah seperti Naruto yang meskipun dianggap remeh mengenai prinsipnya tentang persahabatan, namun ia pantang menyerah untuk melatih dirinya untuk jadi lebih kuat.
Batas pengumpulan proposalpun semakin dekat. Sekarang aku menjadi orang yang damai yang tidak berambisi dalam membuat sebuah karya. Aku tidak peduli lagi tentang BYEE, namun aku ingin menginspirasi banyak orang tentang kontribusi. Kontribusi mahasiswa kepada masyarakat dan lingkungan. Kuamati setiap hari apa yang menjadi permasalahan masyarakat, dan aku tuliskan kedalam sebuah proposal. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa proposal ini, lolos ataupun tidak, yang terpenting adalah implementasinya dilapangan dan kebermanfaatannya untuk masyarakat.
Akhirnya, moment untuk mempresentasikan karyakupun tiba. Aku memasuki ruangan dengan cat tembok berwarna putih. Ruangan itu tertutup dan sangat tenang. Kubuka pintu ruangan itu sambil mengucap Bismillah. Bunyi terbukanya pintu tersebut memecah sunyi suasana. Setelah memasuki ruangan, dihadapanku ada sembilan orang juri. Tidak seperti biasanya, kali ini aku mempresentasikan karyaku dengan hanya menggunakan dua slide. Slide pertama adalah permasalahan yang ada dan slide kedua adalah solusi dan rencanaku kedepan. Presentasiku tidak lebih dari lima menit, dan akupun mengakhiri presentasi dengan berucap alhamdulillah.
Setelah presentasi, tenyata bu Rani yang pertama mengajukan pertanyaan. “Teki, udah tau kan, kepanjangan dan apa itu UNEP, RARE dan WCS?”. Akupun menjawab, “sudah bu, terima kasih telah memberikan saya kesadaran dan pengetahuan tentang hal tersebut”. Juri yang lain berkata, “idemu ini sangat biasa, banyak sekali orang bisa berfikir seperti ini dan melakukannya, bagaimana tanggapanmu?”. Aku menjawab, “begini pak, sebuah karya adalah sebuah refleksi yang menghasilkan bayangan solusi, saya tidak peduli dengan karya saya yang sederhana, yang terpenting adalah kontribusi saya untuk masyarakat dan lingkungan”. Akhirnya setelah di beri pertanyaan bertubi-tubi, aku hanya bisa menjawab terima kasih atas saran yang diberikan. Akupun keluar dari ruangan itu, dan pulang ke kostanku tanpa rasa kecewa dan bersiap mengiplementasikan ideku secara mandiri.
Satu minggu berlalu. Aku sedang fokus dengan program lingkungan yang sedang aku laksanakan. Ternyata secara diam-diam dari pihak PT BAYER mengamati apa yang kulakukan. Saat aku sedang sibuk untuk sebuah program yang kubuat, aku menerima sebuah telepon yang akhirnya aku mengetahui bahwa yang menghubungi Bu Rani. Bu Rani, tanpa basa-basi berkata “Minggu depan, temui saya ya teki, di kantor saya. Saya mau bicara banyak mengenai program yang kamu buat”. Jawaban “Iya, Bu Rani”, merupakan satu-satunya jawaban yang bisa aku ucapkan. Akupun semakin menyadari rencana Sang Penguasa Alam ini lebih baik dari rencana kita dan sebuah kontribusi dan kebaikan yang kita dedikasikan untuk lingkungan, maka kebermanfatan dan kebaikannya akan kembali kepada kita. Akhirnya Miroslav Klose dan Michael Balack sedang menantiku di Jerman.