untuk... menuai padi milik kita...
tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan...
anakmu sekarang banyak menanggung beban...
ya begitulah sepenggal lagu
berjudul "titip rindu buat ayah" yang dinyanyikan oleh Ebiet G Ade. Bait
lagu tersebut adalah gambaran perasaan anakmu ini Abah. Terhitung sudah 34 hari
kau berpindah ke dimensi yang lain meninggalkan kami, namun sepertinya perasaan
rindu ini makin berkembang, membesar memenuhi relung dada ini karena hasil
perjuanganmu, pemikiranmu serta apapun yang kau lakukan mulai terasa dan
terbukti bahwa memang cintamu kepada kami sungguh nyata dan luar biasa.
Ayah, dalam hening sepi ku
rindu...
Abah, aku ingat sejak kecil kau
mulai mengajakku untuk berdiksui mengenai arti kehidupan ini. Aku mulai rindu
dengan malam-malam panjang yang kita habiskan untuk berdiskusi tentang
bagaimana cara memandang hidup, tentang mimpi masa depan sambil membuat nasi
goreng hambar atau mie instan ditemani tayangan pertandingan sepak bola yang
sebenarnya kita sama-sama tidak terlalu paham sepakbola dan nama-nama
pemainnya.
Aku juga mulai rindu dengan
setiap moment kita mengunjungi saudara-saudara jauh, mengunjungi teman-teman
lama-mu di pelosok-pelosok desa. Aku rindu, karena di setiap perjalanan bersamamu
kemanapun, selalu ada hal baru, pelajaran baru yang bisa aku pahami dan
praktikan dalam kehidupanku.
Aku tidak akan lupa, bagaimana
sikap tegasmu saat mengambil keputusan. Aku tak akan lupa, kau yang selalu memberikan
apresiasi terhadap setiap pencapaianku, meskipun pencapain itu begitu sepele
dan aku tak akan lupa perjuanganmu yang pantang menyerah meskipun dengan segala
keterbatasan yang ada.
Aku tak akan lupa bahwa segala
pencapaianku hingga saat ini, merupakan hasil jeri payahmu serta doa-doamu yang
selalu kau panjatkan dengan khusyuk setiap selesai sholat lima waktu.
Untuk menuai padi milik kita....
Abah, Kau meninggalkan kami
bersama padi yang sudah siap untuk dipetik hasilnya. Semuanya kau tinggalkan
dengan rapi. Masih teringat setiap orang yang datang untuk takziah, selalu
berkata bahwa hari-hari sebelumnya kau datang ke mereka untuk minta maaf, tapi
maafkan kami yang tak pernah tau hal itu. Semua dokumen yang kau rapikan dalam
satu tempat. Semua urusan keluarga yang kau selesaikan tanpa meninggalkan beban
kepada kami. Dan semua kenangan tentangmu, aku bahkan tak sanggup untuk menulis
lagi kalimat demi kalimat ini. Cintamu kepada kami, tak terucap namun sangat
terasa dan nyata selepas kepergianmu.
Aku belum sempat memberikanmu
hadiah terbaik yang kau impikan. Namun, aku akan selalu ingat kata-kata
terakhirmu “Apapun maslah yang engkau hadapi, tentang abah, keluarga dan
apapun, jangan sampai cita-citamu goyah”. Insya Allah aku akan selalu ingat
pesanmu dan insya Allah akan mewujudkannya.
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan....
Aku hanya bisa menulis sebuah
puisi yang khusus untukmu “Abah”
Jalan panjang
yang sepi
Dimanakah akan
kutemukan penggantimu
Sekarang
ruang itu senyap
Yang ada
hanya suara hati
Aku terpaksa
berdiri sendiri
Berbicara sendiri
Keteraduanku tumpah
saat gelap
Dan
keheningan itu selalu menemani
Dari logika
hingga perasaan
Sekarang,
Pertanyaanku terjawab
oleh waktu
Kesalahanku
terbukti oleh waktu
Inikah inginmu
Hidup bersama
waktu
Hingga aku
tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu
Sekarang ini,
yang bisa kulakukan adalah mengirimkan untaian kalimat pengaharapan
Bahwa disana
kau bahagia dan sejahtera
Sekarang ini
yang bisa kulakukan adalah berjuang
Meneruskan impian
dan harapanmu tentang keluarga
Menjadi bahu
tempat bersandar, menjadi telinga yang selalu mendengar keluh kesah
Dan menjadi
yang paling depan untuk berkorban
Karena kepergianmu, menyisakan luka mendalam untuk
ibu dan anak-anakmu. Sampai detik ini, ibu dan mbak dirumah masih sering
meneteskan air mata, seakan belum siap menerima kepergianmu. Aku sebagai
satu-satunya anak laki-laki harus siap dan sigap mengusap air mata mereka. Mendengar
keluh kesahnya dan mengatur semuanya.
Tapi kerinduan
tinggal hanya kerinduan....
Anakmu sekarang
banyak menanggung beban......
Terima kasih Abah atas pengorbananmu, cintamu serta
ilmu kehidupan yang telah engkau ajarkan kepada kami. Kepergianmu di waktu
terbaik dan dalam kondisi terbaik, membuatku yakin kau bahagia di sana.
Untuk siapapun, aku, kamu dan kita semua. Janganlah kau
sia-siakan sedikitpun perhatian, pengorbanan dan pesan-pesan dari orang-orang
yang mencintai kita terutama orangtua kita. Kita tidak akan pernah tahu, jam,
menit dan detiknya kita akan berpisah. Satu hal menurutku, penyesalan luar biasa adalah ketika
kita tidak sempat memberikan penghargaan, respon serta pembalasan terbaik dari
orang yang telah mencintai, menyayangi serta berkorban untuk kita.