sayap perjuanganku kembali terbentang hari ini, hari disaat sebagian orang cina merayakan hari raya imlek. katanya tahun ini adalah tahunnya sio naga air, tapi aku tak peduli, aku tak terlalu mengerti apa itu sio naga air, aku hanya berfikir bahwa aku layaknya seekor burung yang kembali mencoba mengepakkan sayapnya di pagi hari saat orang-orang merayakan paginya yang indah dengan kebersamaan keluarga tercinta. pergi dari sarangnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan, pergi dari sarangnya untuk membentangkan sayapnya di samudera kehidupan yang penuh dengan problema.
mungkin telah lama mata ini terpejam, telah lama juga sayap ini tertutup. tertutup dengan kemanjaanku dan kemalasanku. mungkin aku harus menjatuhkan diri kejurang agar mata dan sayapku kembali terbuka meskipun dengan paksaan. hal itulah yang mungkin aku pahami disaat induk seekor burung sengaja menjatuhkan anaknya sendiri dari ketinggian. burung itu meninggalkan pesan bahwa kalau ingin menggapai dan bisa melakukan sesuatu maka cara belajar yang peling efektif adalah dengan mencobanya, melakukannya dan bila perlu memaksakannya.
kepakkan sayapku diawali dengan kutinggalkannya keluargaku. sebuah keluarga yang bahagia dengan celotehan kakakku yang sering membuat aku dan ayahku tertawa karena kebebasannya berpendapat hingga kadang-kadang berlebihan dalam memandang sesuatu. sebuah keluarga dengan mutiara kecil yang sangat riang yang sering membasahi celanaku disaat aku menggendongnya. raisa nadira, nama itu yang sering teringat dalam kepakkan sayap pertamaku. nama yang kusarankan disaat kakakku mengandungnya. nama yang teriring doa untuk menjadi putri yang berharga layaknya mutiara di dasar samudera. raisa, bayi kecil berumur 5 bulan dengan mata cokelatnya yang memandang orang-orang disekelilingnya dengan penuh kebahagiaan. maafkan pamanmu ini raisa, pamanmu ini ndak bisa berlama-lama menggendong dan memangkumu. aku pasti kangen dengan celana basah hasil raisa buang air saat paman menggendongmu.
wajah itu, dua wajah yang selalu mengasihiku, berharap kepadaku dan selelu mendoakanku. dua wajah yang selalu terbayang disaat aku mulai malas untuk mengepakkan sayap. wajah yang menangis dalam hati saat ku mulai mengepakkan sayap. untuk ibuku, aku pasti kangen mengantarmu dipagi dan sore hari sambil membawa surya dan mild serta bungkus nasi sebagai bekalmu saat berdagang. ibuku, aku pasti kangen mendengar curhatanmu saat beragam permasalahan menghadangmu, aku pasti kangen suara periukmu saat pagi disaat kau menyiapkan sarapan untukku. untuk ayahku, aku pasti kangen dengan wejangan yang kau berikan disaat makan malam, aku pasti kangen dengan obrolan kita tentang seorang pria ideal yang kadang-kadang sampai melewatkan waktu isya kita, aku pasti kangen dengan kebersamaan kita melihat MU & CHELSEA bertanding, dan kebersamaan saat kita melihat MTGW (mario teguh golden ways) sambil melihat kau menghisap surya 16 yang tak kunjung di tinggalkan.
semua rasa kangen itu, akan ku jadikkan modal agar saat aku malas untuk mengepakkan sayap, ku akan bangkit kembali, dan suatu saat nanti aku harus kembali dengan keberhasilanku mendapatkan apa yang kuinginkan dan kucita-citakan. aku pernah membawamu naik garuda ke ibukota, namun suatu saat nanti ku ingin membawamu naik garuda ke kota dimana seluruh umat islam yang mampu berkumpul pada bulan-bulan yang ditentukan.
23 januari 2011, di kapal ferry deck c kelas bisnis (bakauheni-merak)